Jakarta – Anne Burghardt seorang teolog Estonia dipilih menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) wanita pertama oleh Federasi Lutheran Dunia/The Lutheran World Federation (LWF) pada Sabtu (19/6/2021). Anne berhasil mendapatkan 58% suara.
“Saya merasa rendah hati dengan kehormatan besar ini dan sangat berterima kasih atas kepercayaan yang telah ditunjukkan anggota Dewan kepada saya,” kata Burghardt dalam pernyataan tertulis di laman LWF.
“Dalam menerima tanggung jawab yang sangat khusus ini dalam persekutuan, saya berdoa memohon bimbingan Roh Tuhan. Saya senang memiliki kemungkinan untuk bekerja dengan Dewan, dengan gereja-gereja anggota, dan dengan mitra yang berbeda, karena LWF terus berpartisipasi dalam misi holistik Tuhan. Semoga Tuhan memberkati persekutuan kita sehingga menjadi berkat bagi gereja yang lebih luas dan dunia,” tambah Anne.
Saat ini, Anne menjabat sebagai Kepala Pengembangan Institut Teologi Gereja Lutheran Injili Estonia. Dia juga adalah penasihat gereja untuk hubungan internasional dan ekumenis dan anggota dewan pengurus Konferensi Gereja-Gereja Eropa.
Sebelumnya, tahun 2017 Anne merupakan sekretaris studi untuk hubungan ekumenis di kantor persekutuan LWF Jenewa dan mengoordinasikan konten untuk Majelis LWF di Windhoek, Namibia, dan peringatan 500 tahun Reformasi Protestan.
Anne adalah lulusan dari Universitas Tartu di Estonia, Friedrich Alexander Universität Erlangen Nürnberg di Jerman dan Universitas Humboldt di Berlin. Dia memiliki gelar master dalam bidang teologi dan saat ini sedang menyelesaikan Ph.D di bidang liturgi Ortodoks.
Disisi lain, Pendeta Elizabeth Eaton, yang merupakan uskup ketua Gereja Lutheran Injili di Amerika, denominasi Lutheran terbesar di Amerika, memberikan dukungannya terhadap sekretaris jenderal terpilih melalui email ke Layanan Berita Agama.
“Kedua kandidat Sekretaris Jenderal sangat berbakat dengan pengalaman substansial,” kata Eaton.
“Apa yang membuat saya tertarik pada Pendeta Dr. Anne Burghardt adalah bahwa dia dibesarkan dalam budaya sekuler, hanya dibaptis saat remaja, dan melihat peran gereja sebagai penerjemah dan penafsir iman bagi masyarakat abad ke-21,” tambah Eaton.