Jakarta – Ketum DPP PIKI periode 2020-2025 Dr. Badikenita Putri Sitepu mengatakan pola kepemimpinan saat ini cakupannya lebih luas, bukan lagi hanya pemimpin visioner, karismatik dan born as a leader.
Menurutnya, pemimpin saat ini harus update dan upgrade. Update artinya paham akan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Sedangkan upgrade adalah selalu meningkatkan kemampuan diri.
“Intinya semua bisa jadi pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri. Inilah yang harus dipelajari, sebelum bisa memimpin orang lain, pimpin diri sendiri terlebih dulu,” katanya seraya menjelaskan memimpin diri sendiri bisa dimulai dengan mampu mengatur waktu, keuangan, dan sebagainya.
Hal tersebut dibeberkan Badikenita dalam Podcast “Pemimpin yang Melayani: Tantangan atau Panggilan” yang diadakan Kingdom Business Community, Rabu (16/6/2021).
Badikenita menegaskan untuk jadi pemimpin, kuncinya tidak boleh bertahan pada zona nyaman. Sebab seringkali seorang pemimpin saat sudah berada dalam pucuk pimpinan di sebuah organisasi, lupa mengupgrade dirinya karena sudah ada di zona nyaman.
Kepemimpinan seseorang, lanjut Badikenita dipengaruhi beberapa faktor. Seperti dari diri sendiri (born as a leader), lingkungan, maupun sosok yang menjadi idola (panutan).
Namun, hal yang paling mendasar dari seorang pemimpin adalah harus memiliki spiritual quotient (SQ) yang baik. “SQ akan mengarahkan kita (dalam mengambil sebuah tindakan). Ada logika, hati, tapi di sisi lain naluri dan hikmat,” tuturnya.
Katanya lagi, ketika hal-hal di atas dibawa ke dalam hal spiritual (keimanan) hasilnya akan lebih besar lagi. “Dalam kitab (Alkitab), Tuhan menggambarkan keteladanan seorang pemimpin, seperti Abraham, Musa, Daud, Salomo,” katanya.
“Ketika kita membaca kisah mereka, kita aka memiliki gambaran bagaimana kisah mereka dulu. Sehingga kita bisa juga menjadi pemimpin (yang baik dan berhasil),” lanjut Badikenita.
Badikenita menjelaskan pemimpin saat ini harus humanis. Artinya, pemimpin harus menganggap dirinya setara dengan orang yang dipimpin sehingga bisa tercipta sebuah teamwork.
“Ada pemimpin yang superior, biasanya kalau dia pemimpin atau owner (perusahaan). Pemimpin superior sudah tidak cocok lagi di era saat ini,”
Senator asal Sumatera Utara ini mengungkapkan pemimpin yang humanis akan membuat iklim kerja di sebuah perusahaan menjadi lebih cair, baik bagi perusahaan maupun orang yang bekerja.
“Para staf akan lebih bisa berkembang bila bekerja bukan di bawah tekanan,” tuturnya.
Apa yang dijelaskan Badikenita di atas harus dimiliki semua pemimpin, termasuk pemimpin perempuan.
“Pemimpin perempuan juga harus mampu menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan. Agar dalam memimpin atau mengambil kebijakan, tidak hanya dipengaruhi sisi emosional saja, melainkan juga dipengaruhi sisi logika,” paparnya.
Dirinya bersyukur bila saat ini sudah banyak pemimpin perempuan yang berkompeten. Seperti perempuan di jajaran menteri Presiden Joko Widodo. Badikenita berharap hal ini bisa mendorong perempuan bisa lebih maju lagi.
“Ini disebabkan karena sudah terbukanya informasi, lewat pendidikan, pelatihan. Hal itu membuat perempuan menjadi semakin terbuka dan memperbaiki pola kepemimpinannya,” tuturnya.