Yogyakarta – Masa Pendemi membuat sektor ekonomi menjadi terganggu. Banyak pelaku bisnis harus bekerja keras untuk mempertahankan hidup. Salah satunya, para pedagang kaki lima. Ditengah penerapan protokol kesehatan dengan 3M, belum lagi pembatasan jam operasional malam, membuat para pedagang harus memutar otak untuk dapat mempertahankan hidup.
Malioboro, merupakan salah satu jalan tempat wisata terkenal di propinsi D.I Yogyakarta, menjadi tempat para pedagang kaki lima dari makanan, souvernir dan lainnya, mengalami penurunan pendapatan. Sejak diberlakukan PSBB awal akibat pandemi Covid 19 pada Maret 2020, para pedagang pada waktu itu tidak melakukan aktivitas perdagangan disepanjang ruas jalan Malioboro.
Ketika dipantau oleh VIFAMEDIA, Rabu(06/01/2021), salah satu pedagang nasi gudeg di jalan Malioboro, Rindi mengatakan bahwa penurunan asset dirasakan oleh dirinya. “Semenjak tutup diawal PSBB dan mulai dibuka lagi 4 bulan yang lalu, omset kami mengalami penurunan drastis separuhnya 50 persen. Dengan harga yang sama, kami mencoba bertahan,” ujarnya menjelaskan.

Rindi dan semua pedagang kaki lima lainnya yang masih bertahan berjualan di ruas jalan Malioboro berharap agar bisa sama-sama bertahan untuk berdagang. Ia juga mengatakan turis mancanegara atau asing sudah tidak pernah datang ke Malioboro akibat pandemi Covid 19. “Saya berharap juga pemerintah tetap membantu kami para pedagang kaki lima di sepanjang jalan Malioboro,” harapnya. (Jaya).