Nubuatan Reinhard Bonnke kepada Ps Abraham Conrad Supit yang Kini Jadi Kenyataan

2
Pdt Abraham Conrad Supit
Ps Abraham Conrad Supit. (Foto: dok GBI Victorious Family)

Dalam KBBI nubuat memiliki arti wahyu yang diturunkan kepada nabi (untuk disampaikan kepada manusia) atau ramalan. Sementara itu dalam ajaran Kristiani, nubuat merupakan pesan dari Allah yang diturunkan kepada orang yang terpilih untuk disampaikan kepada seseorang.

Gembala GBI Victorious Family Ps Abraham Conrad Supit adalah salah satu orang yang menerima nubuat dari Tuhan. Nubuat itu diterimanya dari penginjil yang dipakai Tuhan secara luar biasa, Alm. Reinhard Bonnke saat berkunjung ke Indonesia dalam rangka Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR).

Baca juga: Visi Victorious Family untuk Membawa Keluarga (Jemaat) Berkemenangan, Sudah Menjadi Kenyataan

Di kunjungan pertama Alm. Reinhard Bonnke tahun 1991 itu, tidak disengaja Ps. Abraham Conrad Supit yang waktu itu masih menjadi seorang pengusaha diajak oleh seorang panitia, Coyo untuk ikut bertemu penginjil yang berasal dari Jerman tersebut.

“Tahun 1991 saya bersama teman-teman ada di acara breakfast meeting bersama Alm. Reinhard Bonnke. Saat itu Alm. Reinhard akan mengadakan pelayanan KKR yang pertama di Indonesia. Dalam acara breakfast meeting itu saya bukan panitia jadi ikut tetapi selalu duduk atau berdiri paling belakang. Tiba-tiba Alm. Reinhard Bonnke panggil saya, dan memeluk sambil berbahasa roh, berdoa dan menubuatkan saya menjadi gembala sidang,” ungkapnya.

Mendengar nubuat Alm. Renhard Bonnke, Ps Abraham Conrad Supit atau yang akrab disapa Ps Conrad menganggap semua itu hanya candaan. “Saya hanya ketawa saja dalam hati karena tidak ada logikanya (bisa jadi gembala), sebab latar belakang saya yang tidak layak karena ada banyak kesalahan yang pernah saya lakukan di masa lalu,” katanya.

Di tengah rasa tidak percayanya, Ps Conrad jutsru kembali menerima nubutan yang sama di waktu yang berbeda. “Hari terakhir ketika Alm. Reinhard Bonnke akan pulang, saya datang ke salah satu kantor milik teman (Coyo). Di sana ada Alm. Reinhard Bonnke, kembali saya didoakan. Saat itu saya hanya diam dan tertawa dalam hati,” ungkapnya.

Beberapa hari usai dinubuatkan, Ps Conrad dikagetkan dengan tugas yang diberikan Ketua BPD GBI DKI saat itu Pdt Yorry Tasik untuk terlibat dalam pelayanan. Tidak beberapa lama kemudian, Pdt. Yorry Tasik menabiskan Ps Conrad sebagai pendeta pembantu.

Baca juga:  Jadilah Teladan Bagi Anak, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua Kristiani

Singkat cerita usai ditahbiskan menjadi Pendeta Pembantu (Pdp), Ps. Conrad membantu pelayanan temannya Ps. Eko Hidayat dengan menjadi wakil gembala di GBI Puncak Kasih. Saat itu ibadah diselenggarakan di gedung Jl. Tanah Abang 2 milik seorang importir yang dikenal dengan sebutan Pak Rachmat.

Suatu waktu, Pak Rachmat terkena serangan jantung dan minta didoakan para hamba Tuhan senior. Dalam momentum itu tanpa diduga-duga, Ps Conrad dipilih untuk memimpin doa.

“Saya ikut bersama para hamba Tuhan untuk menjenguk. Nah waktu itu Pak Rachmat nunjuk saya untuk mendoakan. Saya jadi tidak enak karena ada banyak hamba Tuhan senior dan saya juga tidak kenal dekat sama Pak Rachmat,” ceritanya dan menambahkan usai didoakan Pak Rachmat langsung di bawa ke RSPAD Gatot Subroto.

Keesokan harinya, Ps Conrad menerima telepon dari orang yang diutus Pak Rachmat untuk datang ke RSPAD. Ketika menjenguk ini Ps Conrad kembali “dinubuatkan” untuk menjadi gembala jemaat. “Di kamarnya saya dengerin apapun yang ingin dia (Pak Rachmat) obrolin, itu bisa berjam-jam dan berlangsung 2-3 hari. Tiba-tiba dia bilang saya harus buka gereja dan menjadi gembala. Waktu itu saya jawab ‘boleh’ karena menghormatinya, dan menjaga perasaannya apalagi sedang sakit,” katanya.

Tetapi Jawaban yang diberikan Ps Conrad tidak berhenti di situ, melainkan berlanjut dengan memberikan syarat sebagai bentuk penolakan halus. Di luar dugaan syarat tersebut langsung dipenuhi Pak Rachmat.

“Saya bilang semua alat musik harus baru. (Tapi) setelah saya bilang, dia langsung panggil sekretarisnya untuk menyiapkan apa yang saya minta. Setelah beberapa hari saya diminta datang ke Tanah Abang 2, dan benar semua peralatan untuk kebutuhan satu ruang ibadah sudah siap,” jelasnya.

Tidak kehabisan akal, Ps Conrad langsung menemui Ketua BPH GBI Alm. Pdt. Dr. Ho Lukas Senduk atau akrab disapa Om Ho di Petamburan. Saat itu ia menceritakan apa yang diminta oleh Pak Rachmat dan memberikan beberapa syarat, diantaranya kalau Om Ho yang tabhiskan, itu menandakan dirinya sebagai gembala memang dari Tuhan.

Baca juga:  Komjen Pol Dharma Pongrekun: Kembali ke Gambar Allah

“Saya bilang ada permintaan saya jadi gembala dan semua alat serta tempat sudah disediakan. Sekaligus saya minta Om Ho yang tabiskan dan khotbah. Walaupun saya juga bilang kalau memang Om Ho tidak bisa, ya tidak apa-apa dan memang itu tujuannya (supaya saya tidak jadi gembala),” ungkap Ps Conrad.

Dari pertemuan tersebut, Om Ho memberikan saran agar Ps Conrad berdoa dan mencari seorang wakil. Kabar ini pun tersebar dikalangan pejabat GBI dan mulai menimbulkan riak-riak.

Bahkan ada pejabat di tingkat pusat dan tingkat daerah di DKI menolak. Termasuk beberapa nama hamba Tuhan senior waktu itu. Mendengar nada-nada sumbang tersebut membuat Ps Conrad senang karena memang itu keinginannya agar tidak menjadi gembala jemaat. “Ketika kembali ke Om Ho, malah disetujui dan didoakan supaya semuanya berjalan lancar,” katanya.

Di tengah rasa kecelenya, Ps Conrad mau tidak mau tidak mau mempersiapkan segalanya. Hingga akhirnya dimulai (lahirlah) Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rahmat Emmanuel Ministry REM) dengan ibadah perdana tanggal 15 Maret 1992 di Tanah Abang 2. Jemaat mula-mulanya masih bisa dihitung dengan jari, para pelayannya pun “pinjaman” dari gereja lain.

“Saat itu Om Ho yang mentahbiskan dan berkhotbah. Minggu kedua, saya langsung mulai berkhotbah. Tapi ya bawa firmannya begitu karena memang belum ada latar belakang teologia,” katanya sambil tersenyum.

Menurutnya, nama Rahmat sendiri diambil dari nama Pak Rachmat yang telah mendorong serta menyiapkan segala yang dibutuhkannya untuk perintisan gereja. “Saya ambil Rahmat untuk menghormati beliau dan saya tambah Emmanuel, jadi ya GBI Rahmat Emmanuel dengan visi Victorious Family,” ungkapnya.

Baca juga: Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, Pdt. Timotius Arifin, Pdt. Dr. Rubin Adi dan Pdt. Gilbert Lumoindong Ikut Menyemarakkan HUT GBI Victorious Family ke-29

2 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here