Suhardi Alius Ingatkan Kaum Muda untuk Saring Sebelum Sharing

0
Suhardi Alius
Suhardi Alius. (Foto: istimewa)

Jakarta – Mantan Kepala BNPT, Komjen Pol (Purn) Suhardi Alius mengatakan penguatan nasionalisme dan wawasan kebangsaan perlu dilakukan secara konsisten agar dapat mengikikis adu domba dan hoaks yang saat ini marak terjadi.

Menurutnya, bila nasionalisme dan wawasan kebangsaan bangsa Indonesia kembali seperti dulu, maka radikalisme berkonotasi negatif serta terorisme akan terkikis. Dalam keterangan yang diterima media ini, ada 4 indikator radikalisme dalam perpektif negatif yaitu intoleransi, anti Pancasila, anti NKRI dan penyebaran paham takfiri (mengkafirkan orang).

“Kalau masuk klasifikasi ini harus kita kikis, kita reduksi dan hilangkan. Mari kita sosialisasikan pada anak-anak kita, pada generasi kita khususnya generasi muda agar tidak mudah terpapar paham itu, bagaimana kita harus kuatkan nasionalisme dan wawasan kebangsaan,” kata Suhardi di Jakarta, Selasa (15/6/2021).

Suhardi menjelaskan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menguatkan nasionalisme dan wawasan kebangsaan yaitu dengan mengadakan upacara bendera setiap hari Senin dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan Pancasila.

“Inilah salah satu yang membuat karakter bangsa dengan baik, kalau tidak dilakukan itu akan hilang. Sekarang generasi muda kita banyak yang tidak hafal Pancasila, lagu Indonesia Raya, itu tidak bisa disalahkan karena kurikulumnya sudah seperti itu. Nah sekarang kita ubah kembali, dimulai dari sekarang sehingga kita bisa melihat hasilnya nanti 5-10 tahun mendatang,” ungkapnya.

Baca juga:  Surat Apostolik Paus Fransiskus, Dorong Partisipasi Kaum Awam dalam Menyebarkan Iman Katolik

Suhardi mengatakan generasi muda harus hati-hati karena menjadi sasaran empuk penyebaran paham radikal dalam perspektif negatif, disamping masyarakat umum. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya hoaks dan adu domba di media sosial.

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri tahun 2013-2015 ini mengajak generasi muda untuk membudayakan “saring sebelum sharing.” Ini penting karena literasi generasi muda dan masyarakat umum masih rendah. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya adalah tingkat pendidikan masyarakat.

“Kalau yang sudah berpendidikan cukup intelektual kan akan berpikir saat menerima informasi benar atau tidak, tetapi untuk yang golongan menengah ke bawah termasuk yang tidak punya pemahaman itu, hal itu akan dianggap menjadi suatu kebenaran. Ini yang berbahaya, mereka bisa menyebarkan kembali informasi yang diterima yang padahal belum tentu kebenarannya, bisa saja itu berisikan hal terkait radikal terorisme. Ini yang harus kita jaga,” paparnya.

Baca juga:  Refleksi Kaum Muda Katolik Terhadap Pesan Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia

Suhardi juga mengajak masyarakat umum waspada dengan sel-sel terorisme yang akhir-akhir ini kembali muncul. “Mereka tidak terdata tapi sekarang muatan-muatan baru muncul seperti yang di Makassar. Sebenarnya itu tidak masuk dalam daftar kita tetapi sebarannya sudah seperti itu. Hal itu menjadi kewaspadaan kita semua, tidak mungkin kita menyelesaikan masalah tanpa keterlibatan semua pihak,” ungkap Suhari.

Diakhir, Suhardi meminta BNPT dan seluruh stake holder terus melakukan penguatan dan sosialisasi nasionalisme, wawasan kebangsaan, moderasi beragama dan hal lainnya untuk mencegah penyebaran radikalisme negatif dan terorisme.

“Semua kementerian, dari semua institusi negara, semua bidang bidang pendidikan bisa memonitor dan memberikan masukan, dan bagaimana melaporkan hal hal yang tidak lazim yang ada di sekeliling kita untuk pencegahan. Mudah mudahan ini bisa kita antisipasi dengan baik,” harapnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here